25/11/2014

Posted by Unknown | File under : ,
 F                    C          C7                   F
Hey Jude don t make it bad take a sad song and make it better
  Bb                           F                      C7                F
Remember to let her into your heart and then you can start to make it better

    F                 C              C7                 F
Hey Jude don t be afraid you were made to go out and get her 
    Bb                             F               C7          F    F7
The minute you let her under your skin then you begin to make it better
                       Bb         Bb/A    Bb/G      Bb/F       C     C7    F   
And anytime you feel the pain hey Jude refrain don t carry the world upon your
F7
Shoulders
                           Bb         Bb/A     Bb/G     Bb/F     C      C7      
For well you know that its a fool who plays it cool by making his world a
 F    F7  
little colder

F           C            C7
Da da da da   Da da da da  Da

    F                 C              C7                   F
Hey Jude don t let me down. You have found her now go and get her
  Bb                          F                  C7                F
Remember to let her into you heart then you can start to make it better

                       Bb      Bb/A    Bb/G        Bb/F        C     C7      F
So let it out and let it in Hey Jude begin your waiting for someone to perform
F7
with
                             Bb         Bb/A      Bb/G      Bb/F    C       C7
And don t you know that its just you Hey Jude you ll do the movement you need is
 F           F       
On your shoulders

F             C           C7
Da da da da   Da da da da  Da

    F                  C             C7                   F
Hey Jude don t make it bad take a sad song and make it better
  Bb                           F                      C7               F
Remember to let her into your heart and then you can start to make it better

F        Eb         Bb                  F
Na na na na na na, na-na na na, hey , Jude  10x

21/11/2014

Posted by Unknown | File under : ,
Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokohplottemabahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang.

Cerita pendek cenderung kurang kompleks dibandingkan dengan novel. Cerita pendek biasanya memusatkan perhatian pada satu kejadian, mempunyai satu plot, setting yang tunggal, jumlah tokoh yang terbatas, mencakup jangka waktu yang singkat. Cerpen mempunyai 2 unsur yaitu:

Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya itu sendiri. Unsur–unsur intrinsik cerpen mencakup:
  • Tema adalah ide pokok sebuah cerita, yang diyakini dan dijadikan sumber cerita.
  • Latar(setting) adalah tempat, waktu , suasana yang terdapat dalam cerita. Sebuah cerita harus jelas dimana berlangsungnya, kapan terjadi dan suasana serta keadaan ketika cerita berlangsung.
  • Alur (plot) adalah susunan peristiwa atau kejadian yang membentuk sebuah cerita.
Alur dibagi menjadi 3 yaitu:
  1. Alur maju adalah rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan urutan waktu kejadian atau cerita yang bergerak ke depan terus.
  2. Alur mundur adalah rangkaian peristiwa yang susunannya tidak sesuai dengan urutan waktu kejadian atau cerita yang bergerak mundur (flashback).
  3. Alur campuran adalah campuran antara alur maju dan alur mundur.
Alur meliputi beberapa tahap:
  1. Pengantar: bagian cerita berupa lukisan , waktu, tempat atau kejadian yang merupakan awal cerita.
  2. Penampilan masalah: bagian yang menceritakan masalah yang dihadapi pelaku cerita.
  3. Puncak ketegangan / klimaks : masalah dalam cerita sudah sangat gawat, konflik telah memuncak.
  4. Ketegangan menurun / antiklimaks : masalah telah berangsur–angsur dapat diatasi dan kekhawatiran mulai hilang.
  5. Penyelesaian / resolusi : masalah telah dapat diatasi atau diselesaikan.
  • Perwatakan
Menggambarkan watak atau karakter seseorang tokoh yang dapat dilihat dari tiga segi yaitu melalui:
  1. Dialog tokoh
  2. Penjelasan tokoh
  3. Penggambaran fisik tokoh
  • Tokoh
Tokoh adalah orang orang yang diceritakan dalam cerita dan banyak mengambil peran dalam cerita. tokoh dibagi menjadi 3, yaitu:
  1. Tokoh Protagonis : tokoh utama pada cerita
  2. Tokoh Antagonis : tokoh penentang atau lawan dari tokoh utama
  3. Tokoh Tritagonis : penengah dari tokoh utama dan tokoh lawan
  • Nilai (amanat) adalah pesan atau nasihat yang ingin disampaikan pengarang melalui cerita.

Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik meliputi:
  • Nilai-nilai dalam cerita (agama, budaya, politik, ekonomi)
  • Latar belakang kehidupan pengarang
  • Situasi sosial ketika cerita itu diciptakan

Setelah Mengetahui Apa itu cerpen, selanjutnya akan saya posting cara menulis cerpen. Karena apabila ingin bisa menulis cerpen yang bagus, maka harus baca ini dulu :D
Posted by Unknown | File under : ,
Setelah membaca 'Apa sih cerpen?', kini saatnya kita mencoba menulis cerpen dengan pengetahuan yang sudah kita dapat di postingan sebelumnya. Dibalik sebuah cerpen, pasti ada rahasia teknik menulis cerpen yang melatar belakangi proses penciptaannya.
Baca Cerpen Yang Sama 2 Kali
Apabila ingin menulis sebuah cerpen, tentu sebelumnya kita harus sudah pernah membaca cerpen. Untuk mendapat hasil yang bagus saat menulis cerpen, sebenarnya triknya sederhana yaitu bacalah sebuah cerpen yang sama minimal 2 kali, agar kita dapat mendalami sebuah cerpen itu.
Membaca pertama sebagai pembaca. Cerpen bisa memberi hiburan, melemaskan syaraf, mengasah kepekaan, menajamkan otak.
Membaca kedua saya lakukan dalam posisi sebagai penulis.
Bila saya tertarik membacanya, hampir pasti saya pun tertarik untuk bisa menulis cerpen seperti itu. Saya menelusuri kembali kata demi kata, kalimat, paragraf, dalam cerpen bersangkutan, mencoba menemukan keberadaan pola-pola tertentu yang menyusun struktur ceritanya.
Berikut beberapa Cara Menulis Cerpen.
1. Menulis Paragraf Pertama Yang menarik
Selain judul, paragraf pertama dari sebuah cerpen juga merupakan tolak ukur pembaca. Ketika paragraf pertama sudah dibaca, lantas tidak menarik menurut pembaca, kemungkinan besar pembaca itu tidak akan melanjutkan bacaannya sampai selesai. Dikarenakan paragraf pertamanya ini tidak menarik, tidak mengundang rasa penasaran, dan lain-lain.
2. Pesan dalam Cerpen
Ide cerita kalau tidak berbasis karakter, akan berbasis plot.
Penulis termotivasi menulis cerpen karena menemukan sosok karakter yang menarik untuk diceritakan, lalu merangkai sebuah plot bagi karakter tersebut.
Atau sebuah alur cerita tiba-tiba muncul dalam kepala, kemudian penulis menciptakan sederet karakter untuk memerankan jalannya cerita.
Pembaca tidak bisa menebak, lagipula tidak penting bagi mereka, darimana penulis memulai menyusun sebuah cerita.
Lalu apa yang menyebabkan karya-karya cerpenis legendaris tetap populer hingga kini ?
Jawabnya adalah cerpen mereka mampu menyampaikan pesan –moral cerita- yang kuat kepada pembaca.
3. Cerpen itu Terus Terang
Cerpen dikategorikan sebagai prosa. Tepatnya prosa naratif fiktif.
Prosa berasal dari bahasa latin ‘prosa’ yang artinya ‘terus terang’, dimana bahasa yang dipakai lebih sesuai dengan arti leksikalnya.
Kalimatnya mengalir lugas, sederhana, dan tidak bertendensi menyembunyikan makna lain diluar arti leksikalnya.Sebagai pembaca, kita ingin membaca cerita, yang meski fiktif, tidak beda jauh dengan kenyataan yang kita temui.
Pembaca ingin fokus pada alur cerita, tidak mau direpotkan lagi dengan keharusan menafsirkan makna tersembunyi dibalik teks.
Penyair yang beralih menjadi cerpenis, sering didapati melakukan ‘manipulasi’ semacam ini.
Jadi, pakailah bahasa terus terang yang umum dipahami khalayak.
4.Dialog lebih banyak
Porsi dialog berbanding narasi dalam cerpen-cerpen rujukan diatas berkisar 80 % : 20 %.
Pembaca menyukai karakter berdialog dengan sesamanya. Pembaca merasa dilibatkan dalam cerita.
Cerita lebih hidup dengan dialog, hingga membaca menjadi pengalaman yang mirip dengan menonton drama atau sinema.
Narasi umumnya diselipkan sekedar pengantar transisi antar adegan.
Pembaca bisa menjadi pasif oleh sebab kebanyakan narasi, dimana kisah melulu diceritakan oleh narator (penulis).
Penulis yang baik ibarat sutradara dibelakang layar, tidak boleh berjejak didalam cerita. Biarkan karakter berinteraksi dengan pembaca lewat dialog-dialognya.
5.Twist Ending
Ini resep menulis yang tak pernah basi. Sebuah kejutan, akhir yang tak terduga.
Coba anda ingat-ingat kembali cerpen yang pernah dibaca. Dua cerpen teratas yang terbersit hampir pasti diakhiri kejutan.
Sempurna karena pembaca tidak bisa menduga namun menerima kejutan itu masuk diakal, tidak klise, apalagi diada-adakan.
Tanpa kejutan diakhir cerita, ibarat sayur tak bergaram.
Hindari akhir yang datar, apalagi mengambang. Pembaca menyukai kejutan; ‘ oh, ternyata..

Itulah beberapa tips menulis cerpen yang saya kumpulkan dari berbagai referensi. Intinya cerpen yang ingin anda buat, harus anda kembangkan mulai dari kalimat, alur, tokoh, dialog, dan tentunya dibumbui dengan imajinasi anda sendiri.
Setelah membaca postingan saya di atas, tidak ada salahnya anda membaca cerpen yang saya buat dengan kemampuan saya sendiri. 'Di Pinggiran Kota Besar'.

Posted by Unknown | File under : ,
Di Pinggiran Kota Besar

Karya Firdaus Akmal

Di trotoar pinggiran Ibu kota yang sudah rusak ini, Aku sedang menunggu metromini. Ternyata bukan Aku saja yang sedang menunggu metromini. Tidak jauh dari tempatku berdiri, Aku melihat temanku yang sedang menunggu metromini sambil memetik senar gitarnya dengan kuku yang sudah memanjang dan menampakkan setumpuk kotoran yang tampak lebih kotor dari setumpuk sampah di jalan Ibu kota.
Siang ini, matahari bersinar terik tak seperti hari-hari kemarin dan deru knalpot kendaraan yang berlalu-lalang sangat membisingkan telinga, menemani ia mencari recehan untuk mendapatkan sesuap nasi hari ini.
Kurang lebih sudah satu tahun dia menjadi musisi jalanan di pinggiran Ibu kota setelah lama menganggur dari pekerjaannya sebagai petugas taman disebuah komplek. Terkadang, ia bekerja harian sebagai pengupas kabel yang penghasilan setiap harinya tidak menentu. Ayahnya yang sudah tua, harus terus mencari nafkah sebagai penyapu jalanan, sedangkan ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga. Keluarganya hidup berkecukupan, tetapi ia selalu tersenyum, tidak pernah menyerah, dan selalu bersyukur. 
Suara adzan subuh yang berkumandang membangunkannya, dia bergegas mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat.
“Bu, bangun ini sudah subuh” ucapnya membangunkan ibunya.
“iya nak” ibunya terbangun. 
Seperti biasa setelah selesai shalat, ia kembali ke kamarnya yang hanya berukuran 3x2 meter saja dan di pojok kamarnya terdapat sebuah tabungan ayam yang didalamnya adalah uang yang ia kumpulkan dari hasil mengamen dan menjadi pengupas kabel.
Pada pagi hari, biasanya ia sudah siap dengan peralatannya untuk mengupas kabel. Dengan kaos yang sudah robek dan sarung tangan yang terlihat kusam. Tangannya begitu cepat mengupas kabel yang cukup panjang. Ia tidak hanya sendiri mengupas kabel tersebut, melainkan bersama tiga orang lainnya.
“Bang, hari ini kabelnya banyak?” tanyanya kepada temannya.
“Lumayan banyak, mungkin bisa ada sisa buat besok” jawab temannya.
Ia mengerjakan pekerjaan ini hanya sampai siang hari saja, karena biasanya di siang hari ia mengamen.
“Bang, saya sudah dulu ya biasa mau ngamen” pamitnya kepada temannya yang sedang mengupas kabel.
“Ya sudah, tidak apa lah” ucap salah satu temannya.
Hari sudah siang, ia berjalan ke bawah rindang pepohonan untuk duduk dan beristirahat sejenak.
“Tidak biasanya Aku secapek ini” ucapnya dengan nada yang pelan. Ia berdiri dan membeli minum disebuah warung kecil.
“Bang, Aqua dingin satu” ucapnya kepada pemilik warung.
“Tiga ribu, dek” kata pemilik warung.
“Ini bang” Ia menyerahkan tiga lembar seribuan dari saku celananya.
Setelah selesai mengupas kabel, ia pergi ke rumah untuk mengganti bajunya dan bersiap mengumpulkan recehan bersama gitar tuanya yang tertempel stiker Oi, dan dengan sebuah kantong plastik bekas permen yang ia selipkan di saku celananya.
Dari kejauhan terlihat sebuah metromini, ia naik metromini yang sudah penuh penumpang itu.
“Bang, numpang ngamen” katanya kepada kernet metromini.
“Ya sudah” ucap kernet itu.
“Assalammualaikum, selamat siang, bapak, ibu, semuanya” sapanya sambil memegang gitar “saya disini cuma mau mengamen ya... daripada saya harus korupsi seperti para pejabat yang ada disana lebih baik saya begini, ya... selembar dua lembar tidak membuat anda miskin” itulah kalimat pembuka yang selalu dia ucapkan saat mengamen di metromini.
Di jalanan kami sandarkan cita-cita sebab dirumah tak ada lagi yang bisa dipercaya orang tua pandanglah kami sebagai manusia, kami bertanya tolong kau jawab dengan cinta... o,o ya o... ya o... ya bongkar o,o ya o... ya o... ya bongkar’ itulah potongan lirik lagu bongkar milik Iwan Fals yang dia nyanyikan di metromini yang sudah sesak penumpang itu.
Setelah selesai menyanyikan lagu, ia menarik kantong plastik bekas permen dari saku celananya, untuk menampung receh yang diberikan penumpang kepadanya.
“Terima kasih” ucapnya saat penumpang memberikan recehnya.
Tidak lama kemudian, ia turun dari metromini itu dan menunggu metromini yang lainnya dan terus ia lakukan seperti itu hingga malam hari.
Tidak disangka sore itu hujan turun deras saat ia sedang berjalan di trotoar, Badannya sudah kuyup dan menggigil dia menahan dingin tanpa jas hujan, ia berlari mencari tempat untuk berteduh. Selepas maghrib hujan belum reda, dengan wajah murung ia menghitung receh yang didapatnya siang tadi. “Alhamdulillah, ini bisa untuk makan hari ini dan sisanya bisa Aku masukkan ke tabungan ayamku” gumamnya. Selepas Isya ia melangkah pulang, bajunya sudah basah dan senar gitarnya menggigil kedinginan.
Sesampainya di rumah, ia taruh gitarnya dan mengeluarkan receh yang didapatkan. Ia sisihkan setengah uangnya untuk dimasukkan ke tabungan ayam dan sisanya ia belikan tiga nasi bungkus. Ia berikan dua nasi bungkus itu kepada ayah dan ibunya. 
“Terima kasih nak” kata ibunya dengan nada penuh kasih sayang.
“Iya bu” jawabnya singkat.
Perutnya yang sudah lama menahan lapar diudara dingin, akhirnya bisa terisi meskipun dengan nasi bungkus saja.
Keesokan harinya Ia tidak bekerja mengupas kabel. Ia hanya mengamen pada siang hari saja, badannya terasa sakit semenjak terkena hujan semalam.
“Bang, maaf hari ini saya tidak kerja, badan saya sakit” ucapnya kepada temannya yang sedang mengupas kabel.
“Tidak apa, hari ini cuma sedikit kabelnya. Sudah kamu istirahat saja” ucap temannya.
Siang itu, ia mengamen dari rumah ke rumah dan seperti biasa rumah yang ia datangi sengaja menutup pintunya. Receh yang ia dapatkan hari ini hanya sedikit. Dia berjalan mencari tempat untuk beristirahat sejenak dan di seberang jalan ada toko yang sudah tutup, di emperan toko itu dia tertidur dengan berbantal sebelah lengannya dan berselimut debu jalanan. Gema adzhan maghrib sentuh telinga buyarkan semua mimpinya, dia berdiri dan melangkahkan kaki.
Sesampainya di rumah tubuhnya terkulai lemas, dia berbaring sambil menatap langit-langit kamarnya. Selintas teringat disaat ia berlari menghindari kejaran petugas yang ingin menangkap para gelandangan yang ada di jalanan, ia berlari dengan kencang seperti angin dan memanjat pagar ke sebuah perkampungan yang akhirnya ia dapat selamat dari peristiwa itu. Tiba-tiba ia terbangun dengan jantung yang berdetak kencang.
Ibunya yang sudah tua sedang sakit dan harus dibawa untuk berobat, sementara gitar tua yang menemaninya mencari receh sudah rusak parah. Ia duduk di atas kasur yang tipis itu sambil melamun dan melihat tabungan ayamnya yang tersudut di pojok kamarnya. “Ibu sedang sakit dan gitarku sudah rusak parah, apa cukup uang itu?” Tanyanya dalam hati sambil menatap tabungan ayam itu. Dengan tekad bulat, ia pecahkan tabungan ayam itu untuk membeli gitar yang lebih baik lagi. Bunyi receh-receh yang berjatuhan bergerincing seisi rumahnya. Di ambilnya receh itu dan dimasukkannya di sebuah kantong plastik, lalu ia berjalan keluar untuk membeli gitar yang lebih baik lagi.
Gitarnya sudah tidak rusak lagi, Aku lihat mulai hari itu ia menjadi semangat untuk menjalani hari-harinya. Ia berjalan dengan langkah penuh percaya diri dan tersenyum. Ia kumpulkan uang kembali untuk biaya berobat ibunya. Aku jadi teringat lagu dari Iwan Fals, bahwa orang pinggiran bukan pemalas, orang pinggiran pekerja keras, dan orang pinggiran tidak mengeluh.
Posted by Unknown | File under : ,
Intro : A D A
        E A

A            D   A  E   A
Galang rambu anarki anakku
     D         A  E           A
Lahir awal januari menjelang pemilu
A            D   A  E     A
Galang rambu anarki dengarlah
 D            A      E      A
Terompet tahun baru menyambutmu

E A...

A            D   A  E   A
Galang rambu anarki ingatlah
    D          A    E    D
Tangisan pertamamu ditandai bbm
E              A
Membumbung tinggi (melambung)

Reff
E
Maafkan kedua orangtuamu
 D       E          A
Kalau tak mampu beli susu
D       A
Bbm naik tinggi
 E           A    
Susu tak terbeli
     D            A
orang pintar tarik subsidi
       E           A
Mungkin bayi kurang gizi (anak kami)

A            D   A  E   A
Galang rambu anarki anakku

 A         C#m      D E
Cepatlah besar matahariku
 F#m           E              D7 E
Menangis yang keras, janganlah ragu
  A            C#m       D        E
Tinjulah congkaknya dunia buah hatiku
   F#m       E A
Doa kami di nadimu

Int. D E F#m E
     D A G F#m F E A
     G F#m F E A
     E A E A
Posted by Unknown | File under : ,
Intro: Bm  G  A  D  F#m  G  Em  A
       Bm  G  A  D  Bm  G  A  G  D  A  Bm

Bm         G  A          D
Entah mengapa aku tak berdaya
F#m           G
Waktu kau bisikkan
 Em           A
Jangan aku kau tinggalkan

   Bm        G  A         D
Tak tahu di mana ada getar terasa
F#m          G
Waktu kau katakan
  Em          A
Ku butuh dekat denganmu

Reff:
 D       A       G      A
Seperti biasa aku diam tak bicara
D             A
Hanya mampu pandangi
       G          A
Bibir tipismu yang menarik
 D       A       G           A
Seperti biasa aku tak sanggup berjani
 D           A
Hanya mampu katakan
   G         A
Aku cinta kau saat ini
Bm         G     Bm         G
Entah esok hari, entah lusa nanti
D
Entah...


Int: Bm  G  A  D  F#m  G  Em  A
     Bm  G  A  D  Bm  G  A  G  D  A  Bm

Back to: Reff

(#)
E
Sungguh mati betinaku
Aku tak mampu beri sayang yang cantik
Seperti kisah cinta di dalam komik
E
Sungguh mati betinaku
Buang saja angan-angan itu
Lalu cepat peluk aku
Lanjutkan saja langkah kita
Rasalah...rasalah
Apa yang terasa
Posted by Unknown | File under : ,
Intro: Em

Em
Kalau cinta sudah di buang
         C                 Em
Jangan harap keadilan akan datang
Em
Kesedihan hanya tontonan
       C                       Em
Bagi mereka yang di perbudak jabatan


(*)
         C                    Em
O, o, ya o … ya o … ya bongkar
         C                    Em
O, o, ya o … ya o … ya bongkar

 
Em
Sabar, sabar, sabar dan tunggu
      C                       Em
Itu jawaban yang harus kami terima
Em
Ternyata kita harus ke jalan
         C                    Em
Robohkan setan yang berdiri mengangkang


Kembali ke : (*)


Reff I : 
  G
Penindasan serta kesewenang-wenangan
Am         C                       Em
Banyak lagi teramat banyak untuk disebutkan
    G
Hoi hentikan, hentikan jangan di teruskan
Am       C                              Em
Kami muak dengan ketidakpastian dan keserakahan

         C                    Em
O, o, ya o … ya o … ya bongkar
         C                    Em
O, o, ya o … ya o … ya bongkar


Reff II : 
   G
Di jalanan kami sandarkan cita-cita
Am           C                       Em
Sebab dirumah tiada lagi yang bisa dipercaya
 G 
Orang tua pandanglah kami sebagai manusia
Am           C                   Em
Kami bertanya tolong kau jawab dengan cinta

lntro : Em

Kembali ke: (*), Reff I, Reff II
Posted by Unknown | File under : ,
E
Namaku Bento, rumah real estate
E
Mobilku banyak, harta melimpah
A
Orang memanggilku bos eksekutif
A
Tokoh papan atas, atas segalanya
  E
Asyik...!

E
Wajahku ngganteng, banyak simpanan
E
Sekali lirik oke sajalah
A
Bisnisku menjagal, jagal apa saja
              E
Yang penting aku senang, aku menang
         B           A
Persetan orang susah karena aku
B                   A
Yang penting asyik, sekali lagi
  E
Asyik...!

          E
Khotbah soal moral, omong keadilan
        A
sarapan pagiku
       E        
Aksi tipu-tipu, lobying dan upeti
        B
wow...jagonya

         E 
Maling kelas teri, bandit kelas coro
       A
itu kantong sampah
      B                A
Siapa yang mau berguru datang padaku
  B 
Sebut tiga kali namaku
A
Bento, Bento, Bento
  E
Asyik...!
Posted by Unknown | File under : ,
[intro] G C G C G

G        D/F#      Em
pernah kita sama-sama susah
   C                     D
terperangkap di dingin malam
   G   D/F#        Em
terjerumus dalam lubang jalanan
  C                          D
digilas kaki sang waktu yang sombong
     Em             C    D   G
terjerat mimpi yang indah, lelah...

G        D/F#      Em
pernah kita sama-sama rasakan
  C                        D
panasnya mentari hanguskan hati
G         D/F#      Em
sampai saat kita nyaris tak percaya
   C                       D
bahwa roda nasib memang berputar
    Em            C   D    G
sahabat masih ingatkah, kau...

Am     G       F        Em
sementara hari terus berganti
Am        G         F         Em
engkau pergi dengan dendam membara
     D
di hati...

[int.] G D/F# C
       G B C
       G  D/F# Em C D

G       D/F#     Em
cukup lama aku jalan sendiri
   C                           D
tanpa teman yang sanggup mengerti
G        D/F#       Em
hingga saat kita jumpa hari ini
  C                     D
tajamnya matamu tikam jiwaku
       Em             C  D     G
kau tampar bangkitkan aku, sobat...

[ending] G  D/F# Em C D 2x C G
Posted by Unknown | File under : ,
Intro : C F C C G
        F C F C

C              F         C
Sinar matamu tajam namun ragu
C                 G
Kokoh sayapmu semua tahu
C                 F       C
Tegap tubuhmu takkan tergoyahkan
C                 G
Kuat jarimu kalau mencengkeram

    Dm
Bermacam suku yang berbeda
  G                  C
Bersatu dalam cengkeramanmu


C                F         C
Angin genit mengelus merah putihku
    C                  G
Yang berkibar sedikit malu-malu
C              F         C
Merah membara tertanam wibawa
 C                 G
Putihmu suci penuh kharisma

     Dm  
Pulau pulau yang berpencar
 F       G         C
Bersatu dalam kibarmu

Chorus :
F   G   C  F      C
Terbanglah garudaku
         Am            F    C
Singkirkan kutu-kutu di sayapmu

Intro: F C G F C

F  G    C   F      C
Berkibarlah benderaku
      Am      G     F    C
Singkirkan benalu di tiangmu
F        C     F         C
Jangan ragu dan jangan malu
     Am         G
Tunjukkan pada dunia
       F        G       C
Bahwa sebenarnya kita mampu

Intro: C F C G F C

C              F          C
Mentari pagi sudah membumbung tinggi
  C                       G
Bangunlah putra putri ibu pertiwi
    C         G       C
Mari mandi dan gosok gigi

    Dm
Setelah itu kita berjanji
    F     G              Am
Tadi pagi esok hari atau lusa nanti
 F          G         C
Garuda bukan burung perkutut
    F          G          C
Sang saka bukan sandang pembalut
        Am
Dan coba kau dengarkan
   G           F        G      F    C 
Pancasila itu bukanlah rumus kode buntut
      Am     G          C
Yang hanya berisikan harapan
      Am     G          C
Yang hanya berisikan khayalan

Outro: C F G C   F G C   F G C
Posted by Unknown | File under : ,
Intro : D G D G

D
Kini ku mengungkap tanya 
  G
Siapakah dirinya
        Bm     A     Em
Yang mengaku kekasih itu
   G     A      G A
Aku tak bisa memahami

  D
Ketika malam tiba
  G
Kurela kau berada
       Bm        A       Em
Dengan siapa kau melewatinya
   G     A      G A
Aku tak bisa memahami


Reff.
    D
Aku lelaki tak mungkin 
  G
Menerimamu bila 
      F#m        Bm
Ternyata kau mendua
     Em       A
Membuatku terluka

       D
Tinggalkan saja diriku
     G
Yang tak mungkin menunggu
       F#m        Bm
Jangan pernah memilih 
   Em        A
Aku bukan pilihan

D
Slalu terungkap tanya
  G
Benarkah kini dia 
  Bm          A          Em
Wanita yang kukenal hatinya
    G     A      G A
Aku tak bisa memahami

Back to Reff.

G                  F#m
Tak perlu kau memilihku 
    Em       A
Aku lelaki bukan tuk dipilih

Musik : D G D G
        E A E A F#m B

    E
Aku lelaki tak mungkin 
  A
Menerimamu bila 
      G#m        C#m
Ternyata kau mendua
     F#m       B
Membuatku terluka

       E
Tinggalkan saja diriku
     A
Yang tak mungkin menunggu
       G#m        C#m
Jangan pernah memilih 
    F#m       B
Aku bukan pilihan

E A E A